Selasa, 13 Januari 2009

Durian, Enak juga lo!


Mengambil kesimpulan tanpa mengadakan observasi terlebih dahulu

Ya itu hal yang lumayan sering aku lakukan.
Sama kayak masalah durian ini. Sejak kecil sampai umurku 18 tahun, aku belum pernah sekali pun nyoba gimana rasanya buah yang difavoritkan mungkin mayoritas umat manusia di bumi ini.
Aku nggak abis pikir, buah yang baunya benar-benar egh... dan bikin pencernaan berontak ingin mengeluarkan seluruh elemen didalamnya bisa bikin penggemarnya rela berepot-repot menenteng buah yang tajem-tajem kulitnya itu.
Buat aku, durian nggak enak. Kenapa, padahal nyoba aja aku nggak pernah?
Ya dari baunya aja sudah bisa dipastikan.
Sampai suatu saat takdir mempertemukanku dengannya.
Durian yang berasal dari supermarket melayang ke mulutku dan meluncur ke rongga-rongga pencernaanku.
Ehm...
ehm...lumayan, tak seburuk yang aku bayangkan.

Eit, kejadian itu nggak ngerubah aku jadi penggemar durian. Tapi paling nggak aku nggak lagi menghakimi durian sebagai buah yang nggak enak dan bikin enek.

Kejadian durian ini mengingatkanku pada kejadian yang mirip.
Yaitu kejadian pada saat aku diperkenalkan pada rasa “kehilangan”. Dulu pada saat orang lain berjumpa dengan rasa kehilangan, aku selalu bertanya-tanya
Kenapa harus menangis?
koq segitunya sih!
biasa aja lagi!
Hingga akhirnya rasa itu datang menghampiriku.
Oh, begini rasanya kehilangan...
Akupun menangis dan tertawa disaat yang bersama. Menangis karena rasa kehilangan itu menghampiriku,sekaligun menertawai ucapanku dulu.
Tapi jika kau tak pernah menghampiriku, wahai sang “kehilangan”. Aku tak akan pernah belajar untuk lebih menghargai setiap orang disekelilingku, lebih bijaksana, dan tentunya lebih kuat dari sebelumnya.

Kita jatuh karena kita akan bangun sebagai manusia yang lebih kuat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar